Sayaawalnya berencana untuk mengerjakan tugas itu saat malam hari, tapi selalu saja rencana digagalkan dengan mengantuk dan akhirnya ketiduran sampai pagi. Jadi pagi harinya saya dihampiri rasa takut tidak selesai mengerjakan tugas, lalu saat waktunya doa pagi saya berkata begini, " Tuhan aku doa paginya habis nyelesaiin tugas kuliah dulu ya..,".
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 125504 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d83345b19e30a73 • Your IP • Performance & security by Cloudflare 11 Pada tahun yang kedua zaman raja Darius, dalam bulan yang keenam, pada hari pertama bulan itu, datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai kepada Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan kepada Yosua bin Yozadak, imam besar, bunyinya: 1:2 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata: Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!"Senin, 8 Oktober 2012 Senin pagi di awal pekan yang terasa menjemukan. Padahal rasanya beberapa jam lalu masih hari sabtu, kenapa waktu berlalu dengan cepat? Hmm, dan hari ini akan ada kuis, huffft. Aku melangkahkan kaki ke dalam kelas dengan gontai. Suara riuh teman sekelas memecahkan kemalasanku. Ada yang sibuk belajar, menggosip pagi-pagi, membicarakan liburan dua hari lalu, pun mereka yang sibuk ketawa-ketiwi dengan teman di sebelahnya. Dan tetiba dosen masuk ke kelas. Aku melihat ada seseorang yang mengikutinya dengan membawa amplop besar berwarna cokelat setebal kamus di tangan kanannya. Ahh, berarti beneran akan ada kuis. Aku menggelusarkan pipi di atas meja, dan terdengar suara gumaman teman yang lain yang mungkin saja sama ingin berteriak, “Kenapa kuisnya jadi hari ini?” Tetiba handphoneku berbunyi. Secarik short message datang dari seorang teteh, “Innalillaahi wa inna ilaihi roji’un. Telah meninggal dunia, saudari kita, Fitri Kurnia Handayani dini hari jam WIB…..” DEGH. Teh Fitri? Aku tak kuasa membaca kelanjutan pesan itu, dan handphone di tanganku seketika terjatuh. “Ada apa Des?” tanya seorang teman di sebelahku yang menghentikan kekagetanku. “Ouh, enggak. Enggak apa-apa,” jawabku sambil mengambil handphone. ****** Padahal baru beberapa minggu yang lalu. Iya, baru beberapa minggu yang lalu. Aku sangat mengingatnya. Siang itu kami berjumpa di tempat duduk akhwat di selasar masjid Salman. Seperti biasa, ia selalu mengenakan pakaian panjang itu lengkap dengan cadarnya. Sesuatu yang kadang membuatku iri dengan penampilannya, diam-diam aku juga menyimpan keinginan kelak ketika aku pergi kuliah, aku bisa mengenakan pakaian yang seperti ia kenakan sekarang. “Assalamu’alaykum. Teteh ngapain?”aku menyalaminya dan duduk di sebelahnya. “Wa’alaykumussalam. Hehe, lagi nungguin temen nih. Abis dari Istek nganterin barang,” jawabnya. “Ohh, teh. Yang bros Fikurhan’ di Istek itu produk Teteh ya?” tanyaku. “Kok tahu? Hehe” “Yaelahhh, orang itu juga nama Teteh. Fitri Kurnia Handayani. Wahh, Teteh ini diem-diem jadi enterpreneur juga toh?” candaku. Dan kamipun tertawa. “Ehh, btw kamu kapan mau main ke kosan? Ihh, kapan ihh? Katanya mau main?”tanyanya penuh manja. “Iya nihh Teh, pengen banget. Huhu, tapi UTS di depan mata nih Teh. Pengen ihh sebenarnya masak bareng di kosan Teteh. Entar lah ya Teh, nunggu agak lowong. Hehe” jawabku. “Pokoknya kamu harus main ke kosanku ya!? Nanti kita masak-masak bareng. Beneran lhoh ya, aku tunggu!” katanya yang kemudian memelukku. ****** Benar-benar tak kusangka jika pada akhirnya pertemuan kita kala itu menjadi pertemuan kita yang terakhir. Bahkan dengan segala kesibukanku, aku masih belum bisa menunaikan janji yang telah kubuat. Aku sangat sedih. Aku memang tak lama mengenalnya, hanya tak lebih dari satu semester. Ya, tak lebih. Tapi entah mengapa aku selalu merasa dekat jika berbicara dengannya. Sangat teringat waktu sepulang dari ta’lim, dia mengajakku pergi ke sebuah toko buku dengan mengendarai motornya. Di tengah jalan dia berkata dengan suara yang terdengar sangat manja dan lembut, “Dek, aku iri banget sama kamu” “Kenapa memang Teh?” tanyaku. “Aku iri sama semangatmu menuntut ilmu,” katanya. “Ahh, jangan gitu dong Teh. Bukannya kebalik? Justeru akulah yang harusnya malu sama Teteh. Aku masih memprioritaskan banyak hal duniawi,” kataku sambil menunduk. ****** Teteh, apa kuasaku? Jika ternyata Allah juga telah merindukanmu dan ingin segera berjumpa dengamu. ****** Februari 2015 Malam itu, seperti biasa aku dan teh Lili-teman sekosanku- membicarakan banyak hal kejadian yang kami alami sehari tadi, dan entah mengapa tetiba aku bertanya kepada Teh Lili, “Teteh, kenal Teh Fitri?” “Fitri TELKOM? Fitri Kurnia Handayani?” tanya teh Lili. “Iya iya. Rahimahallaah. Hmm, tetiba aku kangen banget sama dia,” jawabku. “Des, aku kenal banget sama dia. Dulu aku sering banget nginep di kosannya. Dia teman yang paling dekat sama aku saat aku baru pertama ngaji’. Dia supel dan baik banget. Sering nganterin aku kemana-mana. Dia satu-satunya orang yang manggil namaku Melani,” cerita teh Lili. “Iya Teh, dia emang baik banget. Pas baru kenal juga aku ngerasa deket banget sama dia. Pernah suatu ketika pas akhwat-akhwat sedang berkumpul dan membicarakan tentang sedekah, Ummu Malik tetiba cerita. Dulu ada seorang akhwat, yang dia suka ngumpulin botol-botol bekas. Lalu botol bekas itu dia jual, dan uang hasil penjualan botol itu dia sedekahkan. Maa syaa Allah, saya menyaksikan sendiri, kata Ummu Malik. Dan kami tertegun mendengar cerita itu. Kemudian Ummu Malik berkata bahwa sayang akhwat itu sekarang sudah meninggal. Dan Teteh tau? Tetiba feelingku berkata kalau akhwat yang dimaksud Ummu Malik itu adalah teh Fitri,” sambungku. “Botol-botol bekas? Des, aku dulu sering nginep di kosannya, dan emang disana banyak botol bekas. Katanya itu emang sengaja dia kumpulin. Tapi aku gak kepo lebih jauh botol-botol itu mau dikemanakan.” “Yang bener Teh? Maa syaa Allah. Berarti feelingku bener. Aku merasa sangat malu kalau inget teh Fitri. Dia itu semangat banget ngajinya. Semangat banget ber-enterpreneur. Teh Ike pernah cerita ke aku, kalau teh Fitri itu sering ngebuka stand buat jualan baju syar’i dan produknya di sekitar Salman dan aku sempat tahu produknya bros “Fikurhan” di jual di Istek. Ahhhh, teh Fitri…..” “Ya Allah, Fitriiii. Sedih banget rasanya. Kamu tau gak, sebelum Fitri meninggal, beberapa bulan yang lalunya, sekitar bulan Juli kalau gak salah ayahnya meninggal. Kasian banget dia, aku sering bareng dia saat-saat itu. Dia tegar banget, gak mau keliatan sedih di depanku.” Aku merasa sedih mendengar kabar itu sekarang, “Berarti teh Fitri yatim dong? Maa syaa Allah, hmmm…. sesungguhnya betapa banyak kebaikannya yang belum kita ketahui. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang Allah masukkan mereka ke dalam surga” “Aamiin….” Malam itu aku benar-benar tak bisa tidur, selalu terngiang segala hal yang pernah teh Fitri rahimahallaah katakan kepadaku. Aku merasa sangat merindukannya. Dengan sengaja aku membuka akun facebooknya. Ketika aku melihat foto profilnya dan membaca beberapa status terakhirnya, seketika aku tak bisa menahan air mataku, “Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kita sendiri dengan Allah saja nanti.” Fitri Kurnia Handayani rahimahallaah – Kamis, 27 September 2012 Begitu banyak cerita kebaikannya yang tak bisa aku tuliskan disini karena terbatasnya pengetahuan dan terbatasnya spasi. Dan banyak kebaikannya yang baru aku ketahui belakangan setelah dia meninggal. Ya Allah, beginikah cara-Mu memperlihatkan kebaikan hamba-Mu di hadapan orang lain? Aku menangis. Menangis bukan karena baru belakangan aku mengetahui kebaikan-kebaikannya. Aku menangis karena jika aku memandang diriku sendri, apakah aku akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti dia? Ketika aku telah meninggal nanti, akankah orang-orang mengenalku karena kebaikanku ataukah orang-orang mengenalku karena keburukanku selama aku hidup? Allahummaghfirliy….. mengingatkanku pada sebuah sabda yang pernah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sampaikan, “Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-Nya pada hari kiamat, lalu Dia tunjukkan padanya dosa-dosa kecilnya dan Dia sembunyikan dosa-dosa besarnya. Kemudian Dia berkata, Engkau telah melakukan perbuatan demikian dan demikian pada hari demikian?’ Dia si hamba menjawab, Benar, wahai Rabbku.’ Hamba tersebut takut bila dosa-dosa besarnya ditampakkan, maka Allah berkata, Sungguh telah Kuampuni kamu! Dan setiap dosamu Kuganti dengan kebaikan.’ Maka di sanalah dia si hamba berkata, Tuhanku, aku punya dosa-dosa yang belum kulihat.’” termaktub dalam Ash-Shahih Sempat bertanya pada diri sendiri, “Teteh, jika Allah menghendaki waktuku secepat waktumu, apa yang bisa aku perbuat?? sementara tak banyak amal dan pahala yang kupunyai sebagai bekal…” Tidak ada daya dan upaya kecuali hanya milik Allah. Teteh benar-benar membuat aku sadar bahwa waktuku juga tak banyak. Entah sampai besok atau lusa…. ***** Sesungguhnya manusia yang hidup, pasti akan mati. Sedangkan setiap orang yang datang, pasti akan pergi. Malam pergi pelan-pelan dan diam. Sementara siang datang menjelang. Aku menyaksikan mereka datang dan pergi. Berjumpa kemudian berpisah. Sampai akhirnya aku sendiri sadar bahwa aku juga menunggu waktuku untuk PULANG Ummu Kiram 22 Jumadil Awwal 1436 H/ 13 Maret 2015 Based on true story dalam Majalah Al-Hidayah Edisi 2