AlFurqan. Surat ini terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Dinamai Al Furqaan yang artinya pembeda, diambil dari kata Al Furqaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan Al Furqaan dalam ayat ini ialah Al Quran. Al Quran dinamakan Al Furqaan karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil.
BERTAWAKAL KEPADA ALLAHOleh Dr. Fadhl IlahiTermasuk di antara sebab diturunkannya rizki adalah bertawakkal kepada Allah Yang Mahaesa dan Yang kepada-Nya tempat bergantung. Insya Allah kita akan membicarakan hal ini melalui tiga hal Dimaksud Bertawakkal Kepada Syar’i Bahwa Bertawakkal Kepada Allah Termasuk Diantara Kunci-Kunci Tawakkal Itu Berarti Meninggalkan Usaha ?APA YANG DIMAKSUD BERTAWAKAL KEPADA ALLAH Para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan- telah menjelaskan makna tawakkal. Diantaranya adalah Imam Al-Ghazali, beliau berkata “Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil yang ditawakkali semata”[1]Al-Allamah Al-Manawi berkata ”Tawakkal adalah menampakkan kelemahan serta penyandaran diri kepada yang ditawakkali”[2]Menjelaskan makna tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, Al-Mulla Ali Al-Qari berkata “Hendaknya kalian ketahui secara yakin bahwa tidak ada yang berbuat dalam alam wujud ini kecuali Allah, dan bahwa setiap yang ada, baik mahluk maupun rizki, pemberian atau pelarangan, bahaya atau manfaat, kemiskinan atau kekayaan, sakit atau sehat, hidup atau mati dan segala hal yang disebut sebagai sesuatu yang maujud ada, semuanya itu adalah dari Allah”[3]DALIL SYAR’I BAHWA BERTAWAKAL KEPADA ALLAH TERMASUK KUNCI RIZKI Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Mubarak, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Qudha’i dan Al-Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَ كَّلُوْنَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُم كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا“Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang“[4].Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang berbicara dengan wahyu menjelaskan, orang yang bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya dia akan diberi rizki. Betapa tidak demikian, karena dia telah bertawakkal kepada Dzat Yang Mahahidup, Yang tidak pernah mati. Karena itu, barangsiapa bertawakkal kepadaNya, niscaya Allah akan mencukupinya. Allah مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا“Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki0Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu“[Ath-Thalaq /65 3]Menafsirkan ayat tersebut, Ar-Rabi’ bin Khutsaim mengatakan “Mencukupkan dari setiap yang membuat sempit manusia”[5]APAKAH TAWAKAL ITU BERARTI MENINGGALKAN USAHA? Sebagian orang mungkin ada yang berkata ”Jika orang yang bertawakkal kepada Allah itu akan diberi rizki, maka kenapa kita harus lelah, berusaha dan mencari penghidupan. Bukankah kita cukup duduk-duduk dan bermalas-malasan, lalu rizki kita datang dari langit ?”Perkataan itu sungguh menunjukkan kebodohan orang yang mengucapkannya tentang hakikat tawakkal. Nabi kita yang mulia telah menyerupakan orang yang bertawakkal dan diberi rizki itu dengan burung yang pergi di pagi hari untuk mencari rizki dan pulang pada sore hari, padahal burung itu tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan, pertanian, pabrik atau pekerjaan tertentu. Ia keluar berbekal tawakkal kepada Allah Yang Mahaesa dan Yang kepadanya tempat bergantung. Dan sungguh para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik kebaikan- telah memperingatkan masalah ini. Di antaranya adalah Imam Ahmad, beliau berkata “Dalam hadits tersebut tidak ada isyarat yang membolehkan meninggalkan usaha, sebaliknya justru di dalamnya ada isyarat yang menunjukkan perlunya mencari rizki. Jadi maksud hadits tersebut, bahwa seandainya mereka bertawakkal kepada Allah dalam bepergian, kedatangan dan usaha mereka, dan mereka mengetahui bahwa kebaikan rizki itu di TanganNya, tentu mereka tidak akan pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat, sebagaimana burung-burung tersebut”[6]Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang hanya duduk di rumah atau di masjid seraya berkata, Aku tidak mau bekerja sedikitpun, sampai rizkiku datang sendiri’. Maka beliau berkata, Ia adalah laki-laki yang tidak mengenal ilmu. Sungguh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah اللَّهَ جِعَلَ رِزْقِيْ تَحتَ ظِلِّ زُمْحِيْ“Sesungguhnya Allah telah menjadikan rizkiku melalui tombakku”Dan beliau أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَ كَّلُوْنَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُم كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا“Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah meberimu rizki sebagaimana yang diberikanNya kepada burung-burung, berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang“.Dalam hadits tersebut dikatakan, burung-burung itu berangkat pagi-pagi dan pulang sore hari dalam rangka mencari Imam Ahmad berkata, Para sahabat juga berdagang dan bekerja dengan pohon kurmanya. Dan mereka itulah teladan kita.[7]Syaikh Abu Hamid berkata ”Barangkali ada yang mengira bahwa makna tawakkal adalah meninggalkan pekerjaan secara fisik, meninggalkan perencanaan dengan akal serta menjatuhkaan diri di atas tanah seperti sobekan kain yang dilemparkan, atau seperti daging di atas landasan tempat memotong daging. Ini adalah sangkaan orang-orang bodoh. Semua itu adalah haram menurut hukum syari’at. Sedangkan sya’riat memuji orang yang bertawakkal. Lalu, bagaimana mungkin suatu derajat ketinggian dalam agama dapat diperoleh dengan hal-hal yang dilarang oleh agama pula.?Hakikat yang sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan, Sesungguhnya pengaruh bertawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya”.Imam Abul Qasim Al-Qusyairi ”Ketahuilah sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam hati. Adapun gerak secara lahiriah maka hati itu tidak bertentangan dengan tawakkal yang ada di dalam hati setelah seorang hamba meyakini bahwa rizki itu datangnya dari Allah. Jika terdapat kesulitan, maka hal itu adalah karena takdirNya, dan terdapat kemudahan maka hal itu karena kemudahan dariNya”[8]Diantara yang menunjukkan bahwa tawakkal kepada Allah tidaklah berarti meninggalkan usaha adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya Radhiyallahu anhu, ia berkata قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرْسِلُ نَاقَتِيْ وَأََتَوَ كُّلُ قَالَ اِغْقِلهَا وَتَوَ كَّلْ“Seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Aku lepaskan untaku dan lalu aku bertawakkal ?’ Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ikatlah kemudian bertawakkallah“[9]Dan dalam riwayat Imam Al-Qudha’i عَمْرُو بْنِ أُمَيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قُلْتُ يَا رَسُوْلَّ اللَّةِ ! أُقَيّدُ رَاحِلَتِيْ وَأَتَوَكَّلُ عَلَى اللَّهِ، أَوْأُرْسِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ؟ قَالَ قَيِّدْهَا وَتَوَكَّلْ“Amr bin Umayah Radhiyallahu anhu berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah !!, Apakah aku ikat dhulu unta tunggangan-ku lalu aku bertawakkal kepada Allah, atau aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal ? Beliau menjawab, Ikatlah kendaraan unta-mu lalu bertawakkallah“[10]Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa tawakkal tidaklah berarti meninggalkan usaha. Dan sungguh setiap muslim wajib berpayah-payah, bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Hanya saja ia tidak boleh menyandarkan diri pada kelelahan, kerja keras dan usahanya, tetapi ia harus meyakini bahwa segala urusan adalah milik Allah, dan bahwa rizki itu hanyalah dari Dia semata.[Disalin dari kitab Mafatih ar-Rizq fi Dhau’ al-Kitab was-Sunnah, Penulis DR Fadhl Ilahi, Edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Penerbit Darul Haq- Jakarta] _______ Footnote [1] Ihya’ Ulumid Din, 4/259 [2] Faidhul Qadir, 5/311 [3] Murqatul Mafatih, 9/156 [4] Al-Musnad, no. 205, 1/243 no. 370, 1/313 no. 373, 1/304; Jami’ut Tirmidzi, Kitabuz Zuhud, Bab Fit Tawakkal Alallah, no. 2344, no 2447, 7/7 dan lafazh ini adalah miliknya ; Sunan Ibni Majah, Abwabuz Zuhd, At-Tawakkul wal Yaqin, no 4216, 2/419; Kitabuz Zuhd oleh Ibnu Al-Mubarak, juz IV, Bab At-Tawakkul wat Tawaddhu’ no. 559, hal 196-197 ; Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa’iq, Bab Al-Wara’ wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar amma Yajibu alal Mar’i min Qath’il Qulubi anil Khala’iqi bi Jami’il Ala’iqi fi Ahwalihi wa Asbabihi no. 730, 2/509 ; Al-Mustadzrak ala Ash-Shahihain, Kitabur Riqaq, 4/318 ; Musnad Asy-Syihab, Lau Annakum Tatawakkaluna ala’ Allah Haqqa Tawakkulihi no. 1444, 2/319 ; Syarhus Sunnah oleh Al-Baghawi, Kitabur Riqaa, Bab At-Tawakkul ala Allah Aza wa Jalla no. 4108, 14/301. Imam At-Tirmidzi berkata, Ini adalah hadits shahih, kami tidak mengatahuinya kecuali dari sisi ini Jami’ut Tirmidzi, 7/8. Imam Al-Hakim berkata, Ini adalah hadits dengan sanad shahih, tetapi tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim Al-Mustadrak ala Ash-Shahihain, 4/318. Imam Al-Baghawi berkata, Ini adalah hadist hasan. Syarhus Sunnah, 14/301. Dan sanadnya dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir. Lihat, Hamisyul Musnad, 1/234. Serta Syaikh Al-Albani menshahihkannya, Lihat, Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah no. 310, jilid 1, juz III/12 [5] Syarhus Sunnah, 14/298 [6] Dinukil dari Tuhfatul Ahwadzi, 7/8 [7] Dinukil dari Fathul Bari, 11/305-306 [8] Dinukil dari Murqatul Mafatih, 5/157 [9] Al-Ihsan fi Taqribi Shahih Ibni Hibban, Kitabur Raqa’iq, Bab Al-Warra’ wat Tawakkul, Dzikrul Akhbar bin Annal Mar’a Yajibu Alaihi Ma’a Tawakkulil Qalbi Al-Ihtiraz bil A’dha Dhidda Qauli Man Karihahu, no. 731, 2/510, dan lafazh ini miliknya ; Al-Mustadrak Alash Shahihain, Kitab Ma’rifatish Shahabah, Dzikru Amr bin Umayah Radhiyallahu anhu, 3/623. Al-Hafizh Adz-Dzahabi berkata, Sanad hadist ini jayyid’. At-Talkhis, 3/623. Al-hafizh Al-Haitsami juga menyatakan hal senada dalam Majmau’z Zawa’id wa Manba’ul Fawa’id, 10/303. Beliau berkata, Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari banyak jalan. Dan para pembawa haditsnya adalah pembawa hadits Shahih Muslim selain Ya’kub bin Abdullah bin Amr bin Umayah [10] Musnad asy-Syihab, Qayyid ha wa Tawakkal, edisi 633, 1/368Ya Allah anugrahkanlah kepada kami rasa tawakkal yang sebenarnya, Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertawakkal kepadaMu lalu Engkau mencukupkan Aku". Dan seorang hamba harus yakin bahwa tetapnya suatu keadaan dalam satu kondisi yang permanen adalah mustahil.
Jakarta - Manusia ada yang mampu bangkit dari kegagalan, ada juga yang menyerah. Hal tersebut tentunya sangat erat kaitanya dengan istilah sebenarnya arti dari tawakal? Arti TawakalKata tawakal dalam bahasa Arab توكُل dibaca Tawakkul artinya berserah dan bersabar. Sementara di dalam kamus Umum Bahasa Indonesia KBBI, kata tawakal artinya berserah kepada kehendak Tuhan, dengan sepenuh hati percaya kepada Tuhan terhadap penderitaan, percobaan dan apa pun yang terjadi di dunia pengertian tawakalDi dalam bukunya yang "Pengantar Studi Islam", Amin Syukur menjelaskan tawakal artinya memasrahkan diri kepada Allah. Sementara Abu Nashr As-Siraj Ath-Thusi seperti dikutip dari buku "Risalah Qusyairiyyah" karya Imam Qusairi, menyebutkan bahwa syarat tawakal sebagaimana yang di ungkapkan oleh Abu Turab AnNakhsyabi adalah melepaskan anggota tubuh dalam penghambaan, menggantungkan hati dengan keutuhan, dan bersikap merasa cukup. Ketika dia diberikan sesuatu, maka dia akan mengucapkan syukur sebaliknya, jika tidak maka dia juga pendapat yang mendefinisikan tawakal adalah orang yang senantiasa bersandar kepada Allah SWT bukan kepada yang lain. Orang seperti ini percaya bahwa hanya Allah yang menanggung rizki dan sejumlah arti tawakal di atas, sejumlah pakar menjelaskan dan ini pendapat paling kuat menjelaskan bahwa tawakal adalah menyerahkan segala sesuatu yang dilakukan kepada Allah SWT dengan berusaha ikhtiar, serta berserah sepenuhnya seorang hamba yang beriman, sejatinya seorang muslim haruslah bertawakal kepada Allah SWT. Seperti dalam firman Allah dalam QS. Al-Maidah 23وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَArtinya "Dan hanya kepada Allah-lah kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang yang beriman".Tawakal merupakan bagian dari tingkatan keimanan kita terhadap Allah SWT. Bahkan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang masyhur, tawakal bisa dijadikan salah satu sifat, orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan harus disertai dengan ikhtiarTidak hanya berserah diri pada Allah, tawakal juga harus diikuti dengan berusaha dan berdoa, barulah untuk penentuan berhasil atau tidaknya sesuatu yang menentukanya adalah Allah. Yakini bahwa Allah akan memberikan yang terbaik dan memberikan pertolongan bagi hamba-hamba yang patuh dan hamba yang memohon muslim harus berikhtiar yang semaksimal mungkin di segala urusannya. Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh bersikap malas dan lemah, bahkan jikalau kita mampu hendaknya untuk saling membantu. erd/erdTermasukdi antara sebab diturunkannya rizki adalah bertawakkal kepada Allah Yang Mahaesa dan Yang kepada-Nya tempat bergantung. Insya Allah kita akan membicarakan hal ini melalui tiga hal : Dimaksud Bertawakkal Kepada Allah. Dalil Syar'i Bahwa Bertawakkal Kepada Allah Termasuk Diantara Kunci-Kunci Rizki. Jakarta Apa itu tawakal? Secara sederhana, tawakal dapat dipahami sebagai sikap berserah diri kepada Allah SWT. Berserah diri dalam sikap tawakal bukan berarti bahwa kita pasrah dan tidak melakukan apa pun. Sebaliknya, justru karena segala hal yang bisa kita upayakan sudah dilakukan, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah tawakal. 10 Manfaat Tawakal, Prinsip dalam Islam Agar Hidup Lebih Tenang Konsep Tawakal alam Islam, Dalil, Nilai, Manfaat dan Tingkatannya Tawakal Adalah Berserah Diri Kepada Allah, Ketahui Pengertian dan Keutamaannya Dengan kata lain, apa itu tawakal dapat dipahami sebagai menyerahkan segala urusan yang tidak bisa kita urus kepada Allah SWT. Sebagai contoh, sebelum ujian kita sudah belajar dengan sangat keras dan berusaha menguasai setiap materi pelajaran, pada saat ujian kita juga telah melakukan yang terbaik. Jika semua upaya terbaik telah kita lakukan semua, makan hal terakhir yang perlu kita lakukan adalah menyerahkan urusan yang tidak bisa kita tangani kepada Allah SWT. Dalam kondisi seperti itu, bagaimanapun, yang bisa kita lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin. Setelah itu kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi untuk memengaruhi hasilnya. Ada banyak situasi dan kondisi di mana kita harus bersikap tawakal, karena sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, kita tidak bisa mengurus segala hal. Oleh karena itu, kita harus bersikap tawakal dan meyakini bahwa Allah SWt akan mengurus sisanya. Lalu apa itu tawakal? Berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa 21/2/2023.Memberikan apa yang diinginkan oleh anak pasti akan diusahakan para orang tua. Tetapi ayah ini tidak langsung memberikan permintaan anaknya itu, melainkan ayah ini mengajarkan kerja keras untuk anak itu dapat mendapatkan apa yang ia itu tawakal? Tawakal merupakan istilah yang berasal dari kata bahasa Arab "wakala" yang berarti menyerahkan, mempercayakan, dan mewakilkan urusan kita pada pihak lain. Tujuan dari menyerahkan atau mempercayakan urusan kita pada pihak lain ini adalah untuk mencapai kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan. Secara istilah, tawakal adalah menyerahkan suatu urusan kepada kebijakan Allah SWT yang mengatur segalanya-galanya. Sikap tawakal bukan berarti bahwa kita bisa menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT saja. Apa itu tawakal adalah suatu sikap yang perlu dilakukan setelah melakukan ikhtiar secara maksimal, sungguh-sungguh, sampai tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Nah, untuk hal-hal yang tidak bisa kita upayakan atau kita urus itulah kita harus bersikap tawakal, yakni menyerahkannya kepada Allah SWT. Jika seseorang belum melakukan upaya atau ikhtiar secara maksimal, lantas mereka berpikir bahwa segala urusan diserahkan kepada Allah SWT, maka hal itu tidak bisa disebut sebagai tawakal. Memang benar jika rezeki setiap makhluk di dunia ini sudah diatur oleh Allah SWT. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa berpangku tangan dan bermalas-malasan untuk bisa mendapatkan rezeki. Pada akhirnya kita tetap harus bekerja semaksimal mungkin, maka Allah SWT juga akan melimpahkan rezeki. Apa itu tawakal adalah menyerahkan segala urusan yang tidak bisa kita urus hanya kepada Allah SWT. Tawakal yang ditujukan kepada selain Allah SWT termasuk perbuatan syirik yang harus dijauhi oleh setiap orang yang Tawakal Berdasarkan DalilIlustrasi bekerja keras, lelah, letih. Photo by Tim Gouw on UnsplashApa itu tawakal adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT. Meski demikian tawakal yang tepat tidak hanya didasarkan pada gagasan ketergantungan, tetapi juga pada pengakuan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang tidak sempurna yang secara alami akan membatasi kemampuannya untuk mengatasi tantangan hidup sendirian tanpa Tuhan. Ini adalah pengakuan bahwa manusia masih bisa gagal meskipun berusaha semaksimal mungkin untuk tujuan hidup dan oleh karena itu, mereka harus mengandalkan dukungan Tuhan. Untuk itu, sebagai manusia, kita harus berusaha untuk mempererat hubungan kita dengan Tuhan melalui ibadah dan tidak membiarkan usaha hidup melalaikan kewajiban bertakwa kepada-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an surah Al-Maidah ayat 23, yang artinya “Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut kepada Allah yang Allah Telah memberi nikmat atas keduanya “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang kota itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. QS. Al-Maidah [5]23 Ayat tersebut menunjukkan bahwa kemenangan tidak datang dengan sendirinya, melainkan datang dari sebuah upaya maksimal. Adapun hasil dari sebuah upaya tersebut adalah urusan Allah SWT. Selain itu, manusia baru bisa dikatakan sebagai orang yang beriman apabila bertawakal kepada Allah TawakalIlustrasi Tekun, Kerja Keras Photo by Raghav bhadoriya from PexelsAda beberapa tingkatan Tawakal yang dapat kita pahami dengan mudah dan akan kita bahas di bawah ini 1. Tingkat pertama Tawakal adalah Tauhid yang menjadi dasar Tawakal. Kita harus yakin bahwa Allah SWT adalah sebaik-baik Pemelihara dan Dia Maha Mengetahui, Dia Maha Mampu dan cukup untuk bersandar. Segala sesuatu bisa terjadi atau terjadi hanya dengan Kehendak dan Petunjuk-Nya. 2. Tingkat kedua adalah percaya bahwa setiap hal memiliki sebab atau sarana. Beberapa orang berhenti menggunakan sarana ini karena ketidaktahuan mereka dan berpikir bahwa ini adalah ketergantungan kepada Allah SWT. Mereka menunggu Allah SWT untuk menurunkan bekal mereka, memberi mereka makan dan mengurus urusan dan urusan mereka sementara mereka tidak melakukan apa-apa. Kita tidak boleh berpuas diri atau tidak aktif; kita harus melakukan semua yang tersedia bagi kita untuk mencapai tujuan. Kita harus percaya kepada Allah tetapi dengan itu, kita harus melakukan sesuatu sendiri untuk menjalani hidup. 3. Tingkat ketiga adalah tetap teguh dalam mengandalkan Allah saja. Sesungguhnya, ketergantungan seseorang kepada Allah tidak dapat terpenuhi sampai seseorang bergantung hanya kepada-Nya. 4. Tingkatan keempat adalah bergantung kepada Allah dengan sepenuh hati dan merasakan ketenangan ketika melakukannya, sehingga tidak merasa bingung dengan rezekinya. 5. Tingkat tawakal tertinggi, yang harus kita semua tuju, tentu saja, adalah menyadari bahwa unsur ketergantungan kepada Allah adalah mempercayakan segala urusan kepada-Nya secara sukarela, tanpa merasa terpaksa TawakalIlustrasi bekerja keras, bertanggung jawab. Photo by Ant Rozetsky on UnsplashApa itu tawakal adalah sikap berserah diri hanya kepada Allah SWT. Sikap berserah diri ini maksudnya adalah menyerahkan segala urusan yang tidak bisa kita urus karena keterbatasan kita sebagai manusia hanya kepada Allah SWT. Dengan kata lain, selain ada faktor-faktor yang masih bisa kita urus, maka kita harus mengupayakannya terlebih dahulu. Ada sejumlah manfaat dari sikap tawakal, antara lain adalah sebagai berikut 1. Tidak peduli kesulitan atau kemalangan apa pun yang menimpa seseorang, itu akan diterima tanpa panik dan hati akan tetap kuat menghadapi kesulitan tersebut. Keyakinan kuat bahwa Tawakal akan menunjukkan bahwa keinginan Allah dalam kejadian ini dan tidak dapat ditentang. Kita harus percaya kepada Allah apapun yang telah Dia berikan kepada kita, itu akan berakhir dengan Rahmat-Nya. 2. Tawakal mengajak kita untuk terhubung dengan sekutu yang kuat yang tidak lain adalah Tuhan sendiri. Semakin kita bersandar kepada-Nya, semakin besar kemungkinan kita berusaha untuk menyenangkan-Nya dengan mengikuti petunjuk yang Dia berikan kepada kita, yang pada gilirannya akan membawa kebaikan di dunia ini dan kesuksesan di akhirat. 3. Orang-orang beriman yang memiliki Tawakkal akan menghubungkan segalanya dengan Kehendak dan Keridhaan Allah SWT. Dengan demikian ia akan menembus dengan ketaatan. Orang seperti itu tidak akan sombong dan angkuh. 4. Dengan percaya sepenuhnya kepada Allah dan bersandar kepada-Nya, kita tidak tertekan oleh apa yang telah hilang dari kita atau dimabukkan oleh kesuksesan kita. Kita tahu bahwa segala sesuatu ada di tangan Allah. Dan itu membuat kita tidak hanya lebih rendah hati tetapi juga lebih tunduk kepada Tuhan, sehingga menjadi orang percaya yang lebih baik. 5. Mengandalkan Allah SWT dapat memberikan kepuasan penuh dan kedamaian dalam diri seseorang. Muslim tidak boleh berkecil hati dan putus asa dalam situasi sulit. Sandarkan semua kepercayaan kepada Allah SWT. Kita akan melihat bahwa hal-hal tidak hanya akan lebih mudah diselesaikan dengan bantuan-Nya, tetapi Tawakal juga akan membebaskan kita dari hari ke hari penderitaan dan kekhawatiran yang terkait dengan tantangan hidup ini. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jakarta-. Makhluk Allah SWT yang tidak memiliki sifat takabur atau sombong sama sekali dalam dirinya adalah malaikat. Pernyataan ini dapat dibuktikan melalui kisah tentang perintah Allah SWT kepada makhlukNya untuk bersujud kepada Nabi Adam AS, seperti yang diceritakan dalam surat Al Baqarah ayat 34. Mendengar perintah tersebut, para malaikat